Tahu artinya "madrasatii"? Kebetulan hari ini aku baru aja selesai ujian bahasa Arab. Aduh, lagi-lagi ini lucu! Nggak tahu gimana ceritanya, aku bisa-bisanya ngeyel sama Ustadz Shofi, guru bahasa Arab yang mantap banget bahasa Arabnya. Kok bisa? Ah, nggak ngerti, aku cuma mempertahankan hak-hakku! :P Aku juga sangat bersyukur karena ada temen-temen yang mau belain aku tadi. Makasih untuk semuanya, ya!^^
Yup, "madrasatii" atau bisa ditulis dengan "مدرسثى" berarti "sekolahku". Jadi, pada postingan kali ini, aku mau cerita tentang sekolahku. Mungkin rasanya naif kalo aku cerita tentang semua kebaikan sekolahku, serta menyembunyikan apa-apa yang dianggap jelek dari sekolahku. Karena, ada kata-kata bijak yang selalu kuingat, diambil dari sebuah cerita shirah.
Di setiap kesempurnaan, akan ada sesuatu yang membuatnya tidak sempurna.
Maka, kalo sekolahku tampak sempurna, pasti tetep aja ada yang bikin nggak sempurna, baik kelihatan dari luar maupun nggak. Untuk itulah, aku mau cerita tentang sekolahku secara jujur.
Dilihat dari letaknya, sekolahku udah tampak lucu. Masya Allah, kok kayaknya aku ngomongin sesuatu yang lucu melulu, sih, ya? XD Nggak papa, lah, daripada stres ngomongin yang serius! Kenapa sekolahku udah tampak lucu sekalipun baru dilihat dari letaknya? Karena, sekolahku itu terletak di deket sawah! Nah, lucu, kan? Padahal katanya sekolah favorit, tapi ternyata tempatnya di deket sawah. Makanya, murid-muridnya nggak ada yang asing sama sapi, kambing, bebek, capung, luing (kaki seribu), siput, ulat bulu, maupun penghuni sawah lainnya. Tempat kayak begitu pun juga sangat keren buat pramuka. Sekalipun bikin kulit jadi item, tapi ntar bisa diputihin lagi, kok! Eh, FYI, aku nggak suka pelajaran pramuka! ;) Bukan gara-gara bikin kulit item, tapi gara-gara bikin capek.
Boleh, deh, aku dibilang "Anak Instan", "Anak Nggak Mau Capek", "Anak Pengen Praktis", atau "Anak Rumahan". Boleh, boleh, silakan. Itu bener, kok, nggak salah. Mungkin kalo "Anak Instan", itu nggak sepenuhnya bener, karena aku juga mau menyelesaikan sesuatu dengan usahaku sendiri, nggak pake cara instan melulu, kecuali kalo kepepet. :P Lainnya, kayaknya emang aku banget! Hahaha...
Kembali ke sekolahku, kami punya lima gedung. Wuih, canggih, eh? Haha, nggak gitu-gitu amat, kok! Lima gedung itu, tiga dari lima semuanya satu lantai. Ada juga gedung yang lagi dibangun, lantai duanya belum selesai!^^ Semuanya juga nggak bisa dibilang besar-besar amat. Pokoknya habis nyampe di sekolah, kalo mau ke gedung utama, harus ngelewatin jalan panjang (jangan dipercaya juga, ini nggak panjang-panjang amat! :D). Di samping kanan dan kiri jalan itu, ntar ada dua gedung, semuanya buat ruang kelas. Di gedung utama ada banyak ruang kelas juga, ruang guru, dan pokoknya yang namanya utama, gedung ini jadi pusat gedung lainnya. Kamar mandi utama juga adanya di gedung utama. Kamar mandi di salah satu gedung depan itu cuma dipake sama murid laki-laki, karena bagian depan (tepatnya bagian depan-kanan) sekolahku itu adalah kawasan anak laki-laki.
Hmm, aku masih mau cerita banyak soal fasilitas dan lain-lainnya, sih, tapi kok kayaknya nggak enak, ya? :P Mendingan lihat sendiri aja, deh! Sekarang aku mau cerita soal pelajaran-pelajarannya aja...
Aku suka semua guru dan pelajaran di sekolah. Paling cuma sedikit males di beberapa pelajaran, dan kadang agak heran (dalam hal ini bisa disebut kesel) sama beberapa guru. Tapi, bagaimana pun, semuanya harus diterima dengan lapang dada. Pokoknya, sekolahku itu nggak jelek kalo dilihat dari sisi yang berbeda.
Aku suka guru-gurunya yang begitu dekat sama murid-muridnya. Guru yang galak sekalipun, bisa deket sama muridnya. Aduh, nyebut nama nggak, ya? Ntar guru yang lain iri. Ya udah, mending nggak usah aja, takut bikin geer dan tinggi hati, atau malah rendah diri buat yang merasa bukan termaksud. Juga banyak guru yang memahami muridnya, suka bercanda sama muridnya, dan pokoknya bener-bener kayak keluarga. Itu menurutku, lho! Aku suka guru-gurunya yang bisa diajak mainan, bisa menyenangkan di satu situasi, juga serius di situasi yang lain.
Soal pelajaran? Eh, sekolahku ini nggak jelek dalam kualitas akademiknya. Bukan cuma akademik, kami juga dididik untuk rajin ibadah dan mendekatkan diri pada Allah. Jangan salah, kami disuruh rajin puasa sunnah, rajin shalat, rajin ngaji, menghormati orangtua, cinta Islam sampai mati, menjaga segalanya yang harus dijaga, bukan cuma pas mau ujian, tapi juga sebelum dan—harusnya—setelah itu juga.
Heheh, paling murid macam aku ini yang harus diluruskan. Harusnya, semua pelajaran itu diterima baiknya, diluruskan bagian yang meragukan—dengan cara yang baik, tentu saja, dan diamalkan pada akhirnya. Tapi, kalo aku, paling baru nerima baiknya, meluruskan yang meragukan dengan cara ngeyel (baca lagi bagian pertama posting ini kalo udah lupa), dan belum tentu diamalkan.
Ck, apalagi kalo soal yang paling penting. Belajar bahasa Arab, misalnya. Kenapa aku bilang bahasa Arab itu penting? Ada cerita sendiri, dan ini suatu rahasia buatku. Kalo yang umum, jelas aja bahasa Arab itu penting, karena Al-Qur'an ditulis dalam bahasa Arab, tidak pernah berubah sekalipun sudah melewati berbagai masa. Kalo kita nggak paham bahasa Arab, kita nggak akan paham Al-Qur'an. Yah, sekalipun sekarang udah ada Al-Qur'an terjemahan, siapa yang tahu kalo itu seratus persen bener? Apalagi, dengan memahami bahasa Arab, kita bisa bener-bener memahami Al-Qur'an. Lebih enak lagi kalo kita bisa paham tafsirnya juga. Subhanallah, aku mau fasih bahasa Arab kayak beberapa ustadz sama ustadzah di sekolah. Kapan, ya? Semoga aja bisa kesampaian, deh, ya! :)
Kayaknya itu dulu aja, deh, postinganku tentang sekolah. Besok lagi, kalo pilih sekolah, pilihlah yang bener-bener sesuai dengan hati dan kantong keluargamu. Jangan asal milih, dan jangan lupa minta petunjuk Allah, mana yang bener-bener cocok. Ini nggak boleh lupa, karena pilihan kita nggak lebih baik daripada yang Allah pilihkan.
Yeah, see you in the next posts!^^